Ada saat dimana saya merasa inkonsisten dan sedikit banyak mulai melanggar komitmen atas diri saya sendiri. Dan ketika itu saya kembali mempertanyakan, apa sih tujuan awal saya melakukan itu. And why now I'm having second thought? Apa yang dibilang orang tentang istiqomah itu sulit.
Memutuskan memakai kerudung pada tanggal 1 Oktober 2008. Tepat pada hari Idul Fitri. Atas alasan apa? Karena saya merasa siap saat itu. Tanpa paksaan. Saya tidak pernah membiarkan diri saya melakukan hal yang saya tahu dengan sadar saya tidak mau melakukannya. Termasuk mengenakan kerudung. Entah mengapa sampai sekarang saya menyebut diri saya 'kerudungan' bukan 'jilbaban'. Artinya tampak beda untuk saya. Saya percaya keinginan berkerudung itu muncul dari diri sendiri, atas apa yang saya percayai sebagai hidayah, atas apa yang saya percayai merupakan bentuk kesiapan dari diri saya sendiri. Kala itu saya berkata pada diri sendiri, kalau sudah tiba saatnya perasaan ingin berkerudung itu datang, saya tidak akan menghalangi. Karena siapa tahu kesempatan itu hanya datang sekali lalu saya mati sebelum melakukannya.
Dan begitulah tiga tahun sudah lewat, bukan tanpa tantangan. Karena bahkan saya sendiri pun merasa, mengambil keputusan itu adalah sebuah tantangan. Saya mengerti dan memahami kalau keputusan itu akan mempengaruhi kehidupan saya. Mengenakan kerudung berarti mengalahkan ego saya sendiri. That's the hardest part.
I love dressing up, wear make up, shopping, anything about fashion. Wearing hijab means I have to restrict myself and adapt with new rules. Perasaan tidak konsisten ini muncul beberapa kali, sekarang sih muncul lagi. I miss dressing up. Wear clothes and things I like without any restrictions, and due to it I couldn't judge anyone who feels the same. There's nothing easy in every process.
Don't you wanna know how I overcome this situation? Fed myself up with bunch of hijabi's blogs. Though I still enjoy a lot of nonhijabi's blogs,too. :D
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
No comments:
Post a Comment